Menlugeri China Zhao Membatah Uji Coba Rudal Hipersonik, Sebut Itu Hanya Pesawat Luar Angkasa

Jakarta - Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian kemarin mengatakan, peluncuran pada bulan Agustus melibatkan pesawat ruang angkasa bukan sebuah rudal dan "sangat penting untuk mengurangi biaya penggunaan pesawat ruang angkasa dan dapat memberikan cara yang nyaman dan terjangkau untuk melakukan perjalanan pulang pergi ke luar angkasa bagi kepentingan umat manusia."

Komentar resmi China ini disampaikan setelah muncul laporan Financial Times akhir pekan lalu yang mengatakan China meluncurkan sebuah roket pada bulan Agustus yang membawa peluncur hipersonik ke luar angkasa, mengelilingi bumi sebelum meluncur ke bawah menuju targetnya dan meleset yang meleset beberapa pulul kilometer.

Rudal hipersonik mampu meluncur lima kali kecepatan suara di atmosfer atau sekitar 6.200 kilometer per jam. Ini lebih lambat dari rudal balistik antarbenua, tetapi bentuk kendaraan luncur hipersonik memungkinkannya untuk bermanuver menuju target atau menjauh dari pertahanan.

Menggabungkan kendaraan luncur dengan rudal yang dapat meluncurkannya sebagian ke orbit - disebut sistem pemboman orbital fraksional (FOBS) - dapat melucuti waktu reaksi musuh dan mekanisme pertahanan tradisional.

Program luar angkasa China dijalankan oleh militernya dan terkait erat dengan schedule untuk membangun rudal hipersonik dan teknologi lain yang dapat mengubah keseimbangan kekuatan dengan Amerika Serikat.

"China akan bekerja sama dengan negara-negara lain di dunia untuk penggunaan ruang angkasa secara damai dan kepentingan umat manusia," jelas Zhao seperti dilansir dari laman FRANCE 24, Selasa (19/10).

AS menyatakan keprihatinannya atas "tes rutin" China ini.

"Kami khawatir tentang apa yang dilakukan China pada hipersonik," jelas duta besar perlucutan senjata AS Robert Timber kepada wartawan di Jenewa kemarin setelah ada laporan Beijing menguji rudal hipersonik berkemampuan nuklir.

"Kami tidak tahu bagaimana kami dapat bertahan melawan jenis teknologi itu, begitu juga China atau Rusia," jelasnya, merujuk pada kesulitan sistem pertahanan rudal melacak senjata berkecepatan tinggi yang dapat bermanuver dan menghindari sistem pertahanan.

Di samping program luar angkasanya, ekspansi China ke dalam teknologi rudal hipersonik dan bidang canggih lainnya menimbulkan kekhawatiran karena Beijing semakin mengklaim wilayah laut dan pulau-pulau di Laut China Selatan dan Laut China Timur, dan sebagian besar wilayah di sepanjang perbatasan dengan India.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagi Anda yang Ingin Tahun Baruan di Yogyakarta Tepatnya di Daerah Malioboro, Perhatikan Aturan Baru ini

Pengerebekan Bandar Narkoba di Brazil Paling Besar, Menewaskan 25 Orang

Penggunaan Vaksin Pfizer Untuk Anak Usia 5-11 Dilakukan OIeh Pemerintah Uni Emirat Arab